Sabtu, 02 Desember 2023

Keanekaragaman Tumbuhan Berbiji

    Tumbuhan memiliki peran sangat penting bagi kehidupan yang ada di bumi. Sehingga sepatutnya kita jaga tumbuhan yang ada di sekeliling kita. Karena salah satu fungsi tumbuhan yang mutlak kita butuhkan adalah oksigen yang dihasilkannya. Selain hal itu, tumbuhan juga berperan dalam menjaga keseimbangan lingkungan, seperti menjaga pengikisan tanah, membantu mendinginkan iklim di sekitarnya dengan cara menguapkan air melalui proses respirasinya.
Pada materi ini anda akan diajak untuk memahami dasar pengelompokkan tumbuhan berbiji. Setelah mempelajari bab ini anda akan mampu mengidentifikasi ciri-ciri umum spermatophyta, menjelaskan dasar-dasar klasifikasi spermatophyta, membandingkan karakteristik gymnosperma dengan angiosperma, serta mengaitkan peran spermatophyta pada kehidupan sehari-hari

TUMBUHAN BERBIJI (Spermatophyta) 

    Secara umum tumbuhan dibagi menjadi tumbuhan berpembuluh (Vaskular) dan tumbuhan tak berpembuluh (Nonvaskular). Tumbuhan berpembuluh dibagi menjadi dua kelompok yaitu: tumbuhan vaskular berbiji (Spermatophyta) dan tumbuhan vaskular tak berbiji (seedless vascular plant). Divisi yang termasuk pada tumbuhan vaskular tak berbiji yaitu divisi lycophyta biasa disebut likofit dan divisi pterophyta biasa disebut pterofit. Contoh dari likofit adalah lumut gada, lumut jarum dan quillwort. Sedangkan contoh dari pterofit yaitu pakis, tumbuhan paku, dan tumbuhan paku ekor kuda.


Gambar Hubungan Antar Tumbuhan

1.      Ciri umum spermatophyta

    Spermatophyta merupakan golongan tumbuhan dengan tingkat perkembangan filogenetik tertinggi, yang memiliki ciri khas berupa biji. Akar, batang, dan daun pada spermatophyta telah dapat dibedakan dengan jelas. Daun termasuk pada tipe makrofil dengan bentuk dan susunan tulang daun beraneka ragam. Akarnya tumbuh dari kutub akar, dan sporofil terangkai sebagai strobilus atau bunga. Spermatophyta dibagi menjadi dua kelompok yaitu Gymnosperma dan Angiospermae. Gymnosperma (Gymnosperm dari kata Yunani gymnos adalah telanjang dan sperm yaitu biji) dikelompokkan sebagai tumbuhan berbiji terbuka tanpa bunga dan buah, sedangkan Angiospermae (Angiosperm, dari kata Yunani angion, wadah) dikelompokkan sebagai tumbuhan berbiji tertutup (biji terkandung di dalam buah), berbunga, dan berbuah.

Gambar Ciri Umum Spermatophyta

a.      Gimnosperma

    Gimnosperma memiliki biji yang tidak terselubung didalam ovarium, biji tersebut terekspos pada daun yang termodifikasi (sporofil) dan biasanya membentuk rujung (strobili). Fosil gimnosperma awal berasal dari 305 juta tahun lalu. Pada saat itu gimnosperma hidup pada ekosistem Karbon yang didominasi oleh likofit, paku ekor kuda, pakis, dan tumbuhan vaskular tak berbiji lainnya. Seiring pergantian periode karbon menjadi periode perm, iklim berubah derastis menjadi lebih kering. Hal tersebut menguntungkan pada proses penyebaran gimnosperma. Sehingga setelah periode perm berganti menjadi Era Mesozoikum, gimnosperma mendominasi ekosistem terrestrial dan berperan sebagai persediaan makan bagi dinosaurus herbivora raksasa.

1) Ciri Gimnosperma
    Pada umumnya gimnosperma merupakan tumbuhan berkayu dengan bentuk perawakan (habitus) berupa semak, perdu atau pohon. Gimnosperma tidak memiliki bunga yang sesungguhnya (bunga mereduksi menjadi kantong serbuk sari dan bakal biji), sporoļ¬l terpisah-pisah membentuk strobilus jantan dan strobilus betina. Mempunyai sistem akar tunggang dan batang tegak lurus serta bercabang-cabang. Akar dan batang berkambium, sehingga selalu mengalami pertumbuhan sekunder. Rujung (strobilus) mengandung 2 sporofil (tempat menempel bakal biji), yaitu makrosporangium dan mikrosporangium yang terpisah satu sama lain. Proses penyerbukan hampir selalu dengan bantuan angin (anemogami), dan serbuk sarinya langsung jatuh pada bakal biji. Jarak waktu antara penyerbukan sampai pembuahannya relatif panjang, dan sel kelamin jantan umumnya berupa spermatozoid yang masih bergerak aktif.

2) Klasifikasi Gymnosperma
    Anggota Gymnosperma yang masih ada sampai saat ini, digolongkan menjadi 4 divisi, yaitu divisi Cycadophyta, divisi Ginkgophyta, divisi Gnetophyta, dan divisi Coniferophyta. Cycadophyta (sikad) muncul di bumi ketika menjelang akhir zaman Palaeozoikum. Habitus (perawakan) seperti palem, berkayu, tidak bercabang atau hanya sedikit percabangan. Pertumbuhan sekunder kadang-kadang disebabkan oleh beberapa kambium yang berbentuk lingkaran. Sporofil tersusun dalam strobilus yang berumah dua (dalam 1 strobilus terdapat 1 alat kelamin), dan strobilusnya selalu berada di bagian ujung tanpa bagian yang menyerupai daun pada pangkalnya. Strobilus jantan tersusun dari banyak sporofil yang berbentuk sisik dengan banyak mikrosporangium. Strobilus betina juga berukuran besar, sporofil berbentuk sisik dengan dua bakal biji. Bakal bijinya memiliki satu integumen yang tebal.
    Ginkgophyta tersebar luas di zaman Mesozoikum dan Tersier, berupa pohon dioceus (berumah dua) yang mempunyai tunas panjang dan pendek. Daunnya berbentuk pasak atau kipas dan memiliki tangkai panjang, dengan pertulangan daun bercabang-cabang dan menggarpu. Rangkaian sporofil berada pada tunas pendek dalam ketiak daun. Strobilus jantan terpisah-pisah, mikrosporofil tidak banyak, dan dudukannya tidak teratur dengan 2-4 mikrosporangium (kantong sari). Makrosporofil mempunyai dua bakal biji yang terletak pada suatu tangkai panjang, dan masing-masing pangkalnya dikelilingi satu tonjolan yang melingkar. Biji memiliki kulit luar berdaging dan kulit dalam yang keras, serta lembaganya memiliki dua daun lembaga.
    Ginkgo biloba merupakan satu-satunya spesies yang masih ada dari Ginkgophyta. Ginkgo biloba dikenal sebagai pohon rambut perawan (maidenhair tree). Daunnya berubah menjadi keemasan ketika musim gugur. Ginkgo sering digunakan sebagai pohon hias di perkotaan karena sifatnya yang toleran terhadap polusi udara.
    Gnetophyta merupakan tumbuhan berkayu yang batangnya bercabang-cabang atau tidak bercabang, atau hanya berupa hipokotil yang menebal. Gnetophyta memiliki daun tunggal yang berhadapan. Bunga majemuk, berkelamin tunggal, dan terdapat pada ketiak daun serta memiliki tenda bunga. Bunga betina memiliki bakal biji yang tegak (atrop). Fertilisasi melalui perantara tabung polen (buluh serbuk) dengan dua inti generatif yang berbeda ukuran. Lembaga memiliki dua daun lembaga. Gnetophyta terdiri dari tiga genus yaitu Gnetum, Ephedra, dan Welwitschia. Walaupun ketiganya memiliki penampilan yang sangat berbeda, genus tersebut dikelompokkan berdasarkan data molekuler. Contoh dari genus Gnetum yaitu melinjo (Gnetum gnemon).

b. Angiosperma

1) Ciri angiosperma
    Angiosperma merupakan tumbuhan berbiji yang memiliki organ reproduksi berupa bunga dan buah. Angiosperma berasal dari bahasa Yunani angion artinya botol, sperma artinya biji. Atri kata tersebut mengacu pada biji yang terkandung didalam buah (ovarium yang telah matang). Anggota tumbuhan angiosperma dapat berupa tumbuhan kayu atau tumbuhan herba (berbatang basah), serta memiliki bentuk dan susunan bunga yang bermacam-macam. Mikrosporangia terdapat pada mikrosporofil yang disebut benang sari. Kelompok tumbuhan ini tersebar luas dan memiliki keanekaragaman spesies hingga lebih dari 250.000 spesies.
    Semua angiosperma diklasifikasikan ke dalam divisi Anhophyta yang berasal dari bahasa Yunani yaitu anthos yang artinya bunga. Bunga merupakan struktur yang terspesialisai untuk reproduksi seksual. Proses reproduksi seksual angiosperma banyak dibantu oleh serangga atau hewan lain yang dapat memindahkan polen (serbuk sari) dari satu bunga ke bunga lain. Namun, ada beberapa angiosperma yang proses polinasinya dibantu oleh angin, terutama pada tumbuhan angiosperma yang tumbuh dalam populasi padat, contohnya rerumputan atau pohon-pohon di hutan beriklim sedang.
    Bunga memiliki beberapa bagian diantaranya kelopak, mahkota, benang sari, dan putik. Berdasarkan bagian-bagiannya, bunga dibedakan menjadi bunga lengkap dan bunga tidak lengkap. Bunga lengkap memiliki perhiasan bunga (perianthium) berupa kelopak (kalyx) dan mahkota (corolla). Sedangkan, bunga tak lengkap tidak memiliki salah satu dari perhiasan bunga tersebut. Berdasarkan alat kelaminnya bunga dibedakan menjadi bunga lengkap dan bunga tak lengkap. Bunga lengkap memiliki alat kelamin jantan berupa benang sari dan alat kelamin betina berupa putik. Sedangkan, bunga tak lengkap hanya memiliki salah satunya berupa putik atau benang sari.
    Buah terbentuk dari ovarium yang telah matang dan berfungsi untuk melindungi biji yang dorman serta membantu penyebaran. Berbagai adaptasi dari buah-buahan dapat berbentuk parasut atau baling-baling guna membantu penyebaran melalui angin. Adaptasi buah kelapa yang memungkinkan untuk penyebaran melalui air. Buah yang teradaptasi membentuk kait sehingga dapat tersebar melalui hewan dengan cara menempel pada bulu atau rambut hewan, ataupun baju yang dikenakan oleh manusia. Buah yang memiliki daging buah yang dapat dimakan, namun bijinya keras, sehingga biji dapat tersebar belalui hewan yang memakan buahnya namun meninggalkan bijinya.

2) Keanekaragaman angiosperma
    Awalnya angiosperma dibagi menjadi dua kelompok tumbuhan yaitu monokotil dan dikotil. Pembagian tersebut berdasarkan jumlah kotiledon (daun lembaga) pada embrio. Tumbuhan yang memiliki satu kotiledon disebut monokotil sedangkan yang memiliki dua kotiledon disebut dikotil. Namun, berdasarkan penelitian DNA terbaru menyatakan bahwa pembedaan mokotil dan dikotil tidak sepenuhnya menunjukkan hubungan evolusioner. Berdasarkan hasil penelitian tersebut angiosperma dibagi menjadi empat kelompok yaitu: Angiosperma Basal, Magnoliid, Monokotil, dan Eudikotil.
    Angiosperma basal mencakup tumbuhan berbunga yang tergolong ke dalam garis-garis keturunan tertua. Angiosperma basal ini mencakup tiga garis keturunan yaitu : lili air (Nyamphaea ‘Rene Gerard’), star anise (Illicium floridanum), dan Amborella trichopoda. Magnoliid mencakup tumbuhan yang berkayu maupun herba, susunan bunga spiral dan lebih berkerabat dekat dengan eudikotil dan monokotil. Contoh dari magnoliid yaitu magnolia selatan (Magnolia grandiflora) yang merupakan magnoliid berkayu.
    Lebih dari seperempat spesies angiosperma merupakan monokotil. Monokotil memiliki karakteristik diantaranya: satu kotiledon, pertulangan daun biasanya sejajar, batang memiliki jaringan vaskular tersebar, sistem akar biasanya serabut (tidak ada akar utama), serbuk polen memiliki satu bukaan, dan bunga biasanya berkelipatan tiga. Contoh dari monokotil yaitu: anggrek (Lemboglossum rossii), Palem kurma katai (Phoenix roebelenii), Lili (Lilium ‘Enchantment’), dan Jelai (Hordeum vulgare).
    Lebih dari duapertiga spesies angiosperma merupakan eudikotil. Eudikotil merupakan angiosperma yang memiliki ciri-ciri diantaranya: dua kotiledon, daun tunggal atau majemuk dengan pertulangan menjari atau menyirip, jaringan vaskular biasanya tersusun membentuk cincin, batang bercabang dengan ruas-ruas yang tidak jelas, batang dan akar berkambium sehingga mengalami pertumbuhan sekunder, akar tunggang (memiliki akar utama), dapat berupa tumbuhan semak, herba, ataupun pohon, polen memiliki tiga bukaan, dan bunga biasanya berkelipatan dua, empat, atau lima. Contoh dari eudikotil yaitu Poppy California (Eschscholzia californica), Ek pyrene (Quercus pyrenaica), Dog rose (Rosa cania), Ercis salju (Pisum sativum), dan bunga zucchini (Cucurbita pepo).

2. Reproduksi tumbuhan berbiji

a. Gymnosperma

    Pada gymnosperma lebih sering terjadi reproduksi seksual dibandingkan dengan reproduksi aseksualnya. Pinus memiliki siklus hidup yang khas, yaitu fertilisasi (pembuahan) terjadi di dalam jaringan sporofit induknya. Seperti gymnosperma yang lain, pinus memiliki strobilus (tajuk yang berbentuk kerucut). Strobilus tersebut merupakan tempat berkembangnya sporangium (mikrosporangium atau makrosporangium) yang menghasilkan mikrospora atau makrospora. Pada reproduksi seksual mikrospora (gamet jantan) membelah menghasilkan polen yang akan dilepaskan ke udara. Sedangkan pada strobilus penghasil ovul, megaspora berkembang menjadi gametofit betina yang tetap berada pada sporangia. Setelah polen menempel pada strobilus betina maka polen akan berkecambah. Polen tersebut membentuk tabung polen yang tipis untuk membawa inti sperma menuju ovul. Ovul yang terfertilisasi akan berkembang menjadi biji dan disebarkan oleh angin. Biji yang mendarat pada lingkungan yang tepat akan bergerminasi, sehingga embrio muncul sebagai semaian pinus.

b. Angiosperma

    Siklus hidup angiosperma memiliki kekhasan berupa fertilisasi ganda. Mikrospora pada angiosperma akan membentuk gametofit jantan sedangkan megaspora membentuk gametofit betina. Gametofit jantan tersebut berada pada polen yang berkembang di dalam mikrosporangia pada anter. Setiap gametofit jantan memiliki dua sel haploid berupa sel generative yang membelah menghasilkan dua sperma, dan sel tabung yang menghasilkan tabung polen. Sedangkan ovul memiliki satu gametofit betina yang berkembang di dalam ovarium.
    Setelah polen terlepas dari anter, polen akan dibawa menuju stigma yang lengket. Pada stigma tersebut polen akan bergerminasi dan menjulurkan tabung polen menuju ovarium serta menembus mikropil (micropyle) untuk melepaskan kedua sperma ke dalam gametofit betina. Satu sperma memfertilisasi sel telur membentuk zigot diploid, sedangkan sperma yang lain berfusi dengan dua nukleus di sel tengah menghasilkan sel triploid. Peristiwa fertilisasi yang menghasilkan zigot dan sel triploid merupakan tipe fertilisasi ganda yang hanya terjadi pada angiosperma. Setelah proses fertilisasi ganda tersebut, ovul akan matang menjadi biji dan disebarkan. Jika biji berada pada lingkungan dan kondisi yang menguntungkan, maka biji akan bergerminasi sehingga muncul embrio sebagai semaian.

3. Peranan Tumbuhan Berbiji Pada Kesejahteraan Manusia

    Tumbuhan memiliki peran penting bagi kehidupan di dunia. Tumbuhan merupakan pemasok oksigen kelingkungan dan sebagai sumber makanan bagi organism heterotrof. Tumbuhan juga merupakan penyusun utama ekosistem terutama ekosistem hutan. Tumbuhan merupakan tempat tinggal atau habitat bagi berbagai jenis hewan. Tumbuhan berbiji merupakan sumber utama bahan pangan yang dikonsumsi manusia, baik berupa sayuran, makanan pokok, sumber protein, vitamin, karbohidrat, lemak, dan sumber serat, serta sumber obat-obatan. Bahan sandang juga dapat diperoleh dari tumbuhan berbiji, contohnya kapas (Gossypium sp.) dan rami. Peran lain dari tumbuhan berbiji yaitu sebagai tanaman hias, bumbu dapur, mebeler, bahan bangunan atau ukiran berbagai jenis pohon yang berkualitas.

4. Ancaman Bagi Keanekaragaman Tumbuhan

    Walaupun tumbuhan merupakan sumber daya alam yang dapat diperbarui, keanekaragaman tumbuhan tidak dapat diperbarui. Seiring bertumbuhnya populasi manusia maka meningkat pula kebutuhan terhadap ruang. Penyebab utama kehancuran hutan yaitu metode penggundulan hutan dengan cara tebang dan bakar. Hilangnya spesies tumbuhan sering diikuti oleh hilangnya spesies lain.

Gambar Penggundulan Hutan Dengan Cara Tebang Bakar


DAFTAR PUSTAKA 

  • Campbell, N. A., Reece, J. B., Urry, L. A., Cain, M. L., Wasserman, S. A., Minorsky, P. V. & Jackson, R. B. (2012). BIOLOGI Edisi 8, Jilid 2 Neil A. Campbell & Jane B. Reece. Jakarta: Penerbit Erlangga. 
  • Citrosupomo, G. (2010). Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 
  • Hidayat, E. B. (2005). Anatomi Tumbuhan Berbiji,Bandung: Penerbit ITB

Jumat, 29 Januari 2016

Respirasi


http://puisihijauahyani91.blogspot.co.id/2014/11/respirasi-pernapasan-manusia.html
Respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen serta menghembuskan udara yang banyak mengandung karbon dioksida sebagai sisa dari oksidasi, yang keluar dari tubuh (Syaifuddin. 2006 : 192). Jadi, respirasi adalah proses oksidasi zat makanan yang menghasilkan karbon dioksida, air, dan energy.
Dalam praktikum yang pernah saya lakukan bersama teman-teman, kami menggunakan Bromtimol blue sebagai penanda, larutan bromtimol blue akan berwarna kuning jika ditambahkan larutan yang bersifat asam, sedangkan  jika ditambahkan larutan yang bersifat basa maka akan berwarna biru. Oleh karena itu, H2O yang bereaksi dengan CO2 membentuk larutan asam maka larutan berwaran kuning. Untuk mengetahui banyaknya CO2yang terkandung dalam larutan tersebut, kami menggunakan larutan NaOH (bersifat basa) yang diteteskan sama dengan 2 mol larutan CO2, sehingga massa CO2nya akan dapat diketahui.
Respirasi merupakan fungsi kumulatif dari tiga tahapan metabolic, dua tahapan yang pertama glikolisis dan siklus krebs, merupakan jalur metabolic yang menguraikan glukosa dan bahan organic lainnya. Pada tahap ketiga respirasi, rantai transport electron menerima electron dari produk hasil perombakan kedua langkah yang pertama tersebut (Campbell. 2002 : 164)
Glikolisis dan respirasi sel mengubah energy bebas dalam makanan menjadi energy bebas yang ditimbun dalam bentuk ATP (Adenosin Tri Phospat). ATP ini berfungsi sebagai sumber energy bagi semua aktivitas organisme yang memerlukan energy (Kimball. 1983 : 165)
Adapun jalur pernapasan manusia adalah udara masuk melalui lubang hidung kemudian disaring oleh rambut, dihangatkan, dilembabkan, dan dicek jika ada bebauan, sementara udara mengalir melalui rongga hidung mengarah kefaring, glottis berada dalam keadaan terbuka dan kita dapat bernafas, dinding laring diperkuat dengan tulang rawan, kemudian dari laring udara menuju ke dalam trakea, lalu udara terbagi ke dua bronkus, masing-masing menuju ke tiap belahan paru-paru, di dalam paru-paru bronkus bercabang menjadi pipa-pipa yang semakin halus dan disebut bronkeolus, pada ujung bronkeolus yang paling kecil membentuk sekumpulan kantung udara yang disebut alveolus, epithelium tipis yang membentuk alveoli di dalam paru-paru berfungsi sebagai permukaan respirasi (Campbell. 2004 : 62).
Mekanisme pernapasan diatur dan dikendalikan oleh dua faktor utama, yaitu kimiawi dan pengendalian saraf. Secara kimiawi meliputi frekuensi kecepatan dan dalamnya gerakan pernapasan. CO2 adalah produksi asam dari metabolisme dan bahan kimia yang asam ini merangsang pusat pernapasan untuk mengirim impuls saraf yang bekerja atas otot pernapasan. Pengendalian oleh saraf menimbulkan kontraksi ritmik pada otot diafragma dan interkonstalis yang kecepatannya kira-kira 15 kali setiap menit (Syaifuddin. 2006: 203). Kecepatan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya:
a.       Usia : ketika manusia mengalami penuaan maka kelenturan paru-parunya akan menghilang, hal itu juga dapat disebabkan oleh penyakit seperti emfisema. Karena kelenturan paru-parunya berkurang maka kapasitas vitalnya pun berkurang dan volume sisanya meningkat (Campbell. 2004: 64). Semakin bertambahnya usia seseorang akan semakin rendah frekuensi pernapasannya. Hal ini berhubungan dengan energy yang dibutuhkan.
b.      Jenis kelamin : pada umumnya pria memiliki frekuensi pernapasan yang lebih tinggi disbanding dengan wanita. Kebutuhan oksigen serta produksi karbondioksida pada pria lebih tinggi dibandingkan wanita.
c.       Suhu tubuh : semakin tinggi suhu tubuh seseorang maka akan semakin cepat frekuensi pernapasannya, hal ini berhubungan dengan peningkatan proses metabolisme yang terjadi dalam tubuh.
d.      Posisi atau kedudukan tubuh : frekuensi pernapasan ketika sedang duduk akan berbeda dibandingkan dengan berjongkok atau berdiri. Hal ini berhubungan erat dengan energy yang dibutuhkan oleh organ tubuh sebagai tumpuan berat tubuh.
e.      Aktivitas : seseorang yang aktivitas fisiknya tinggi seperti olahragawan akan membutuhkan lebih banyak energy daripada orang yang diam atau santai. Oleh karena itu, frekuensi pernapasan orang tersebut juga lebih tinggi.

Daftar Pustaka
Campbell. 2002. Biologi jilid 1. Jakarta: erlangga.
Campbell. 2004. Biologi jilid 3. Jakarta : erlangga.
Kimbal. 1983. Biologi jilid 1. Jakarta : erlangga.
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : EGC.


Jumat, 01 Januari 2016

LEMBAR KERJA SISWA SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA

LEMBAR KERJA SISWA
SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA

A.      Tujuan
  1. Menjelaskan hubungan struktur pembuluh darah dan fungsinya
  2. Menggambarkan lintasan peredaran darah pada manusia

B.       Teori Dasar

Pembuluh Darah
Pembuluh darah dibagi atas 3 yaitu, pembuluh arteri, pembuluh vena dan pembuluh kapiler. Arteri merupakan pembuluh darah yang mengalirkan darah keluar dari jantung. Bila sampai di jaringan, arteri bercabang-cabang kecil yang disebut arteriole. Vena: Merupakan pembuluh yang mengalirkan darah kembali menuju ke jantung. Pembuluh vena yang menyebar di jaringan bercabang-cabang kecil dan disebut venule. Arteriole dan venule dihubungkan oleh pembuluh kapiler. 

  
Gambar, Perbandingan anatomi arteri, vena dan kapiler
Mekanisme Sistem Peredaran Darah Manusia
Di dalam tubuh manusia, darah beredar pada pembuluh darah. Oleh karena itu, peredaran darah manusia dinamakan sistem peredaran darah tertutup. Setiap kali beredar, darah melewati jantung sebanyak dua kali. Sehingga, peredaran darah manusia termasuk peredaran darah ganda yang terdiri atas peredaran darah kecil dan peredaran darah besar.


    1. Peredaran darah pulmonari (Peredaran darah kecil)
Jantung (ventrikel kanan) ĆØ Paru-paru ĆØ Jantung (atrium kiri)
    1. Peredaran darah sistemik (Peredaran darah besar)
Jantung (ventrikel kiri) ĆØ seluruh jaringan tubuh ĆØ jantung (ventrikel kanan)

C.      Alat dan bahan
a.       Alat tulis
b.      LKS, buku paket atau sumber bacaan lain

D.      Cara Kerja
a.       Baca dan pelajari LKS secara seksama sebelum diisi
b.      Isilah LKS ini setelah kalian membaca materi
c.       LKS Dikumpulkan

E.       Data Hasil Pengamatan
I.                   Pembuluh Darah
Lengkapilah perbedaan Arteri dan Vena dibawahini!

No.
Pembeda
Arteri
Vena
1
Dinding
...

...
2
Arah Aliran
...

...
3
Tekanan
...
...

4
Darah di dalamnya
...



...
5
Letak
...

...
6
Klep (katup)
...
...











II.                Mekanisme system peredarah manusia
Lengkapilah keterangan gambar dibawah ini!
Untitled-7
Jawaban
1.      ...
2.      ...
3.      ...
4.      ...
5.      ...
6.      Vena kava ...
7.      ...
8.      Vena kava ...
9.      ...
10.  ...

F.     Kesimpulan

·         Arteri merupakan pembuluh yang ..................................... jantung, sedangkan vena merupakan pembuluh yang ...................................... jantung.
·         Peredaran darah besar dimulai dari jantung (ventrikel .................) ke ........................ ĆØ Arteri ĆØ ........................... ĆØ Kapiler di seluruh jaringan tubuh (kecuali paru-paru) ĆØ ..................... ĆØ ................. ĆØ vena kava ...................... & ........................ ĆØ jantung (atrium .......................)

·         Peredaran darah kecil dimulai dari jantung (ventrikel ......................) ke ......................... .......................... ĆØ paru-paru ĆØ ...................... ....................... ĆØ jantung (atrium ......................)

Selasa, 05 Mei 2015

MAKALAH POLIDAKTILI


BAB I
PENDAHULUAN
A.                Latar belakang
Polidaktili adalah suatu kelainan yang diwariskan oleh gen autosomal dominan P yang dimaksud dengan sifat autosomal ialah sifat keturunan yang ditentukan oleh gen pada autosom. Gen ini ada yang dominan dan ada pula yang resesif. Oleh karena laki-laki dan perempuan mempunyai autosom yang sama, maka sifat keturunan yang ditentukan oleh gen autosomal dapat dijumpai pada laki-laki maupun perempuan.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya polidaktili antara lain :
1.      Kelainan Genetik dan Kromosom
Diturunkan secara genetik (autosomal dominan).Jika salah satu pasangan suami istri memiliki polidaktili, kemungkinan 50% anaknya juga polidaktili.
2.      Faktor Teratogenik
Dalam istilah medis, teratogenik berarti terjadinya perkembangan tidak normal dari sel selama kehamilan yang menyebabkan kerusakan pada embrio sehingga pembentukan organ-organ berlangsung tidak sempurna (terjadi cacat lahir).

B.                Tujuan
·        Dapat mengetahui pengertian dari polidaktili
·        Dapat mengetahui klasifikasi polidaktili
·        Dapat mengetahui faktor-faktor penyebab polidaktili

·        Dapat mengetahui cara penanganan polidaktili
BAB II
PEMBAHASAN
A.                Definisi Polidaktili
Polidaktili adalah kelainan genetika yang ditandai banyaknya jari tangan atau jari kaki melebihi normal. Polidaktili dapat terjadi pada kedua jari tangan (kanan dan kiri) atau salah satu saja.
Polidaktili berasal dari bahasa yunani kuno (Polus) "banyak" dan (daktulos) "jari", juga dikenal sebagai hiperdaktili, adalah anomali kongenital fisik jari tangan atau kaki. Polidaktili adalah kebalikan dari oligodaktili (jari terlalu sedikit atau kaki).
Polidaktili merupakan kelainan pertumbuhan jari sehingga jumlah jari pada tangan atau kaki lebih dari lima. Dikenal juga dengan nama hiperdaktili. Bila jumlah jarinya enam disebut seksdaktili, dan bila tujuh disebut heksadaktili. Polidaktili terjadi pada 1 dari 1.000 kelahiran.
Polidaktili adalah suatu kelainan yang diwariskan oleh gen autosomal dominan P yang di maksud dengan sifat autosomal ialah sifat keturunan yang ditentukan oleh gen pada autosom. Gen ini ada yang dominan dan ada pula yang resesif. Oleh karena laki-laki dan perempuan mempunyai autosom yang sama, maka sifat keturunan yang ditentukan oleh gen autosomal dapat dijumpai pada laki-laki maupun perempuan. Sehingga orang bisa mempunyai tambahan jari pada kedua tangan atau kakinya.
Jari-jari yang lebih dari 5 pada manusia adalah suatu ketidaknormalan, dan polidaktili merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan duplikasi jari. Pada polidaktili, biasanya terdapat 6 jari pada setiap jari tangan,terkadang bisa lebih seperti 7 atau 8 jari. 
Yang umum dijumpai ialah terdapatnya jari tambahan pada satu atau kedua tangannya. Tempatnya jari tambahan itu berbeda-beda, ada yang terdapat didekat ibu jari dan ada pula yang terdapat didekat jari kelingking.
p                 ♀         pp        x          ♂         Pp
normal                        polidaktili
            F1        Pp = polidaktili (50%)
                        pp = normal (50%)
Orang normal adalah homozigotik resesif pp. pada individu heterozigotik Pp derajat ekspresi gen dominan itu dapat berbeda-beda, sehingga lokasi tambahan jari dapat bervariasi. Bila seorang laki-laki polidaktili heterizigotik menikah dengan orang perempuan normal, maka dalam keturunan kemungkinan timbulnya polidaktili ialah 50%.

A.                Klasifikasi Polidaktili
Polidaktili diklasifikasikan beberapa macam, yaitu:
1.      Polidaktili postaxial (Ulnar polidaktili)
                Meskipun salah satu dari 5 jari dapat berduplikasi, namun lebih sering terjadi pada jari kelingking. Tipe gambaran duplikasi jari kelingking bervariasi dari pertumbuhan kulit sampai pertumbuhan lengkap jari kelingking
a.      Duplikasi jari-jari berdasarkan stelling dan turez,
Duplikasi jari-jari berdasarkan stelling dan turez,diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu:
1)      Pada tipe I terdapat tambahan soft-tissue mass tetapi tidak ada pertumbuhan tulang tambahan pada tangan, sering tidak terdapat tulang, sendi atau tendon, dan dihubungkan pada tangan oleh narrow pedicle. Polidaktili tipe I terdiri dari jaringan lunak yang terhubung dengan tulang. Sering kali tidak terdapat tulang, kartilago dan tendon pada tipe ini. Penanganannya adalah dengan pengangkatan sederhana dari jaringan lunak.
2)      Pada tipe II, sebagian atau seluruh jari terduplikasi dengan tulang normal, kartilago atau komponen otot, hal itu berhubungan dengan pembesaran atau terpecah menjadi dua metakarpal atau phalanx.Polidaktili tipe II terdiri dari duplikasi dari sebuah jari. Tercatat bahwa jari ini terhubung dengan kepala metakarpal yang melebar.
1)      Pada tipe III, seluruh jari dengan metakarpal dan seluruh komponen soft – tissue terduplikasi, tetapi tipe ini jarang terjadi.Polidaktili tipe III, jari tambahan sempurna dengan metakarpal dan semua jaringan lunaknya sendiri. Penanganannya adalah dengan pengangkatan sederhana dari seluruh jari dan metakarpal.



a.      Duplikasi jari-jari berdasarkan Temtamy dan Mc-Kusick
Temtamy dan Mc-Kusick membagi duplikasi jari kelingking menjadi dua tipe. Pada tipe A, jari tambahan tumbuh penuh. Pada tipe B, jari tambahan tumbuh tidak sempurna dan bercabang. Seeorang dengan polidaktili tipe A dapat menghasilkan keturunan dengan polidaktili tipe A atau B, sedangkan seseorang dengan polidaktili tipe B dapat menghasilkan keturunan dengan hanya polidaktili tipe B. Pola genetik tipe B masih rumit, dengan melibatkan satu atau dua gen dominan dan faktor tidak tetap penetrasi.

1.      Polidaktili preaxial (Tumb polidaktili)
             Ibu jari tambahan merupakan tipe yang paling sering terjadi pada polidaktili pada orang kulit putih. Insiensi deformitas pada orang kulit hitam dan kulit putih adalah 0,08/1000. Hal tersebut bermanifestasi menjadi bermacam – macam bentuk, bertahap dari anyaman daging kecil pada batas radial tangan menjadi triplikasi. Tahap penyatuan tulang, Wassel mengklasifikasikan polidaktili ibu jari menjadi 7 tipe.
a.       tipe I, phalanx distal bercabang ( sangat jarang , 2 % ) ;
b.      tipe II, phalanx distal berduplikasi ( 15 % ) ;
c.       tipe III, phalanx proksimal bercabang tetapi phalanx distal berduplikasi ( 6 % ) ;
d.      tipe IV sering terjadi ( 43 % ), baik phalanx proksimal maupun phalanx distal berduplikasi ;
e.       tipe V ( 10 % ), metakarpal dari ibu jari bercabang, dan kedua phalanx distal dan proksimal berduplikasi ;
f.       tipe VI ( 4 % ) metakarpal ibu jari dan kedua phalanx distal dan proksimal berduplikasi
g.      tipe VII ( 20 % ) ibu jari hanya memiliki 3 ruas phalanx.


Polidaktili preaxial mungkin berhubungan dengan sindaktili, hal tersebut dihubungkan dengan sifat autosomal dominan. Temtamy menyebut bentuk polidaktili ini sebagai polisindaktili. Pada duplikasi ibu jari, mungkin terjadi ketidaknormalan sirkulasi, dipenuhi oleh satu atau dua arteri. Sering satu ibu jari dominan ketika yang lain gagal tumbuh, kadang – kadang walaupun kedua ibu jari berukuran sama, salah satu bisa mengikis. Biasanya terjadi keterlibatan unilateral.
Polidaktili ibu jari biasanya terjadi sporadik, walaupun bila dihubungkan dengan triphalanx ibu jari terjadi karena famili. Polidaktili preaxial mungkin dapat dihubungkan dengan ketidaknormalan vertebra, tidak adanya tibia, celah langit – langit mulut, dan imperforasi anus. Hal ini dapat dilihat dari jumlah gejala, temuan klinis yang penting seperti sindrom Down, pansitopenia Fanconi, dan acrocephalosyndactyly.
Tipe terbanyak adalah tipe IV dimana kedua ruas proksimal dan distal terduplikasi ( 43 % ). Pada tipe I ruas distalnya terbelah menjadi dua, Ini adalah tipe paling jarang ( 2 % ). Pada tipe II ( 15 % ) ruas distal terduplikasi. Di tipe III ( 6 % ) ruas distal  terduplikasi dan ruas proksimal terbelah menjadi 2. Pada tipe V ( 10 % ) metakarpal dari jempol terbelah dan kedua ruasnya terduplikasi. Pada tipe VI ( 4 % ) kedua metakarpal jempol dan semua ruas proksimal dan distalnya terduplikasi. Pada tipe VII triphalangeal pada jempol.
1.      Polidaktili central
            Duplikasi dari jari telunjuk, jari tengah dan jari manis dihubungkan pada polidaktili sentral atau axial. Kelebihan jari tengah dan jari manis sering disembunyikandalam jaringan antara penghubung jari- jari yang normal. Tendon, nervus,dan pembuluh darah dari jari cadangan biasanya tidak normal, sebagai epifise kelebihan jari. Epifise dari kelebihan jari biasanya tidak tumbuh normal pada garis pertumbuhan, sebagai hasilnya phalanx bercabang dari axis longitudinal ke penyimpangan ulna atau radial dan mengubah batas jari – jari. Duplikasi jari telunjuk jarang terjadi, disajikan ulang antara 3,5 % dari semua kasus polidaktili. Ketidaknormalan ini sebaiknya tidak rancu dengan triphalanx ibu jari.Kelebihan jari tengah dapat terdiri dari percabangan soft-tissue mass atau terdapat tulang normal dan komponen soft – tissue. Hal ini dapat dihubungkan dengan sinostosis radioulnar kongenital, dan duplikasi jari telunjuk dapat menyatu dengan jari tengah.
 A.                Penyebab Polidaktili
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya polidaktili antara lain :
1.      Kelainan Genetik dan Kromosom
Diturunkan secara genetik (autosomal dominan). Jika salah satu pasangan suami istri memiliki polidaktili, kemungkinan 50% anaknya juga polidaktili. Kelainan genetik pada ayah atau ibu kemungkinan besar akan berpengaruh atas polidaktili pada anaknya. Di antara kelainan-kelainan ini ada yang mengikuti hukum Mendel biasa, tetapi dapat pula diwarisi oleh bayi yang bersangkutan sebagai unsur dominan ("dominant traits") atau kadang-kadang sebagai unsur resesif. Penyelidikan daIam hal ini sering sukar, tetapi adanya kelainan kongenital yang sama dalam satu keturunan dapat membantu langkah-langkah selanjutya.
2.      Faktor Teratogenik
Teratogenik (teratogenesis) adalah istilah medis yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti membuat monster. Dalam istilah medis, teratogenik berarti terjadinya perkembangan tidak normal dari sel selamakehamilan yang menyebabkan kerusakan pada embrio sehingga pembentukan organ-organ berlangsung tidak sempurna (terjadi cacat lahir). Di dalam Keputusan Menteri Pertanian nomor 434.1 (2001), teratogenik adalah sifat bahan kimia yang dapat menghasilkan kecacatan tubuh pada kelahiran.
Teratogenik adalah perubahan formasi dari sel, jaringan, dan organ yang dihasilkan dari perubahan fisiologi dan biokimia. Senyawa teratogen akan berefek teratogenik pada suatu organisme, bila diberikan pada saat organogenesis. Apabila teratogen diberikan setelah terbentuknya sel jaringan, sistem fisiologis dan sistem biokimia, maka efek teratogenik tidak akan terjadi. Teratogenesis merupakan pembentukan cacat bawaan. Malformasi (kelainan bentuk) janin disebut terata, sedangkan zat kimia yang menimbulkan terata disebut zat teratogen atau teratogenik.
Perubahan yang disebabkan teratogen meliputi perubahan dalam pembentukan sel, jaringan dan organ sehingga menyebabkan perubahan fisiologi dan biokimia yang terjadi pada fase organogenesis. Umumnya bahan teratogenik dibagi menjadi 3 kelas berdasarkan golongan nya yakni bahan teratogenik fisik, kimia dan biologis.
a.      Faktor teratogenik fisik
Bahan tertogenik fisik adalah bahan yang bersifat teratogen dari unsur-unsur fisik misalnya Radiasi nuklir, sinar gamma dan sinar X (sinar rontgen). Bila ibu terkena radiasi nuklir (misal pada tragedi chernobil) atau terpajan dengan agen fisik tersebut, maka janin akan lahir dengan berbagai kecacatan fisik. Tidak ada tipe kecacatan fisik tertentu pada paparan ibu hamil dengan radiasi, karena agen teratogenik ini sifatnya tidak spesifik karena mengganggu berbagai macam organ. Dalam menghindari terpaaan agen teratogen fisik, maka ibu sebaiknya menghindari melakukan foto rontgen apabila ibu sedang hamil. Foto rontgen yang terlalu sering dan berulang pada kehamilan kurang dari 12 minggu dapat memberikan gangguan berupa kecacatan lahir pada janin.
b.      Faktor teratogenik kimia
Bahan teratogenik kimia adalah bahan yang berupa senyawa senyawa kimia yang bila masuk dalam tubuh ibu pada saat saat kritis pembentukan organ tubuh janin dapat menyebabkan gangguan pada proses tersebut. Kebanyakan bahan teratogenik adalah bahan kimia. Bahkan obat-obatan yang digunakan untuk mengobati beberapa penyakit tertentu juga memiliki efek teratogenik.
Alkohol merupakan bahan kimia teratogenik yang umum terjadi terutama di negara-negara yang konsumi alkohol tinggi. Konsumsi alkohol pada ibu hamil selama kehamilannya terutama di trisemester pertama, dapat menimbulkan kecacatan fisik pada anak dan terjadinya kelainan yang dikenal dengan fetal alkoholic syndrome . Konsumsi alkohol ibu dapat turut masuk kedalam plasenta dan memperngaruhi janin sehingga pertumbuhan otak terganggu dan terjadi penurunan kecerdasan/retardasi mental. Alkohol juga dapat menimbulkan bayi mengalami berbagai kelainan bentuk muka, tubuh dan anggota gerak bayi begitu ia dilahirkan. Obat-obatan untuk kemoterapi kanker umumnya juga bersifat teratogenik. Beberapa polutan lingkungan seperti gas CO, senyawa karbon dan berbagai senyawa polimer dalam lingkungan juga dapat menimbulkan efek teratogenik.
c.       Faktor teratogenik biologis
Agen teratogenik biologis adalah agen yang paling umum dikenal oleh ibu hamil. Istilah TORCH atau toksoplasma, rubella, cytomegalo virus dan herpes merupakan agen teratogenik biologis yang umum dihadapi oleh ibu hamil dalam masyarakat. Infeksi TORCH dapat menimbulkan berbagai kecacatan lahir dan bahkan abortus sampai kematian janin. Selain itu, beberapa infeksi virus dan bakteri lain seperti penyakit sifilis/raja singa juga dapat memberikan efek teratogenik

B.                 Penanganan Polidaktili
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk penanganan polidaktili, yaitu :
1.      Tindakan pembedahan untuk mengangkat jari tambahan biasanya dilakukan untuk mengatasi masalah yang mungkin timbul akibat jari tambahan tersebut. Pengangkatan jari tambahan di jempol kaki merupakan prosedur tersering karena implikasi kosmetik dan kenyamanan saat memakai sepatu. Hubungi dokter bedah untuk melakukan prosedur pembedahan. Operasi “pembuangan” jari yang berlebihan, terutama bila jari tersebut tidak berkembang dan tidak berfungsi normal. Bila jari berlebihan hanya berupa gumpalan daging, biasanya tidak mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak, tapi mungkin anak menjadi malu atau minder.
2.      Pemeriksaan rontgen mungkin diperlukan untuk menentukan apakah jari tambahan mengandung struktur tulang, dan untuk menentukan perubahan yang dapat terjadi saat operasi.
C.                Penyebab Polidaktili
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya polidaktili antara lain :
3.      Kelainan Genetik dan Kromosom
Diturunkan secara genetik (autosomal dominan). Jika salah satu pasangan suami istri memiliki polidaktili, kemungkinan 50% anaknya juga polidaktili. Kelainan genetik pada ayah atau ibu kemungkinan besar akan berpengaruh atas polidaktili pada anaknya. Di antara kelainan-kelainan ini ada yang mengikuti hukum Mendel biasa, tetapi dapat pula diwarisi oleh bayi yang bersangkutan sebagai unsur dominan ("dominant traits") atau kadang-kadang sebagai unsur resesif. Penyelidikan daIam hal ini sering sukar, tetapi adanya kelainan kongenital yang sama dalam satu keturunan dapat membantu langkah-langkah selanjutya.
4.      Faktor Teratogenik
Teratogenik (teratogenesis) adalah istilah medis yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti membuat monster. Dalam istilah medis, teratogenik berarti terjadinya perkembangan tidak normal dari sel selamakehamilan yang menyebabkan kerusakan pada embrio sehingga pembentukan organ-organ berlangsung tidak sempurna (terjadi cacat lahir). Di dalam Keputusan Menteri Pertanian nomor 434.1 (2001), teratogenik adalah sifat bahan kimia yang dapat menghasilkan kecacatan tubuh pada kelahiran.
Teratogenik adalah perubahan formasi dari sel, jaringan, dan organ yang dihasilkan dari perubahan fisiologi dan biokimia. Senyawa teratogen akan berefek teratogenik pada suatu organisme, bila diberikan pada saat organogenesis. Apabila teratogen diberikan setelah terbentuknya sel jaringan, sistem fisiologis dan sistem biokimia, maka efek teratogenik tidak akan terjadi. Teratogenesis merupakan pembentukan cacat bawaan. Malformasi (kelainan bentuk) janin disebut terata, sedangkan zat kimia yang menimbulkan terata disebut zat teratogen atau teratogenik.
Perubahan yang disebabkan teratogen meliputi perubahan dalam pembentukan sel, jaringan dan organ sehingga menyebabkan perubahan fisiologi dan biokimia yang terjadi pada fase organogenesis. Umumnya bahan teratogenik dibagi menjadi 3 kelas berdasarkan golongan nya yakni bahan teratogenik fisik, kimia dan biologis.
d.      Faktor teratogenik fisik
Bahan tertogenik fisik adalah bahan yang bersifat teratogen dari unsur-unsur fisik misalnya Radiasi nuklir, sinar gamma dan sinar X (sinar rontgen). Bila ibu terkena radiasi nuklir (misal pada tragedi chernobil) atau terpajan dengan agen fisik tersebut, maka janin akan lahir dengan berbagai kecacatan fisik. Tidak ada tipe kecacatan fisik tertentu pada paparan ibu hamil dengan radiasi, karena agen teratogenik ini sifatnya tidak spesifik karena mengganggu berbagai macam organ. Dalam menghindari terpaaan agen teratogen fisik, maka ibu sebaiknya menghindari melakukan foto rontgen apabila ibu sedang hamil. Foto rontgen yang terlalu sering dan berulang pada kehamilan kurang dari 12 minggu dapat memberikan gangguan berupa kecacatan lahir pada janin.
e.       Faktor teratogenik kimia
Bahan teratogenik kimia adalah bahan yang berupa senyawa senyawa kimia yang bila masuk dalam tubuh ibu pada saat saat kritis pembentukan organ tubuh janin dapat menyebabkan gangguan pada proses tersebut. Kebanyakan bahan teratogenik adalah bahan kimia. Bahkan obat-obatan yang digunakan untuk mengobati beberapa penyakit tertentu juga memiliki efek teratogenik.
Alkohol merupakan bahan kimia teratogenik yang umum terjadi terutama di negara-negara yang konsumi alkohol tinggi. Konsumsi alkohol pada ibu hamil selama kehamilannya terutama di trisemester pertama, dapat menimbulkan kecacatan fisik pada anak dan terjadinya kelainan yang dikenal dengan fetal alkoholic syndrome . Konsumsi alkohol ibu dapat turut masuk kedalam plasenta dan memperngaruhi janin sehingga pertumbuhan otak terganggu dan terjadi penurunan kecerdasan/retardasi mental. Alkohol juga dapat menimbulkan bayi mengalami berbagai kelainan bentuk muka, tubuh dan anggota gerak bayi begitu ia dilahirkan. Obat-obatan untuk kemoterapi kanker umumnya juga bersifat teratogenik. Beberapa polutan lingkungan seperti gas CO, senyawa karbon dan berbagai senyawa polimer dalam lingkungan juga dapat menimbulkan efek teratogenik.
f.       Faktor teratogenik biologis
Agen teratogenik biologis adalah agen yang paling umum dikenal oleh ibu hamil. Istilah TORCH atau toksoplasma, rubella, cytomegalo virus dan herpes merupakan agen teratogenik biologis yang umum dihadapi oleh ibu hamil dalam masyarakat. Infeksi TORCH dapat menimbulkan berbagai kecacatan lahir dan bahkan abortus sampai kematian janin. Selain itu, beberapa infeksi virus dan bakteri lain seperti penyakit sifilis/raja singa juga dapat memberikan efek teratogenik

D.                Penanganan Polidaktili
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk penanganan polidaktili, yaitu :
3.      Tindakan pembedahan untuk mengangkat jari tambahan biasanya dilakukan untuk mengatasi masalah yang mungkin timbul akibat jari tambahan tersebut. Pengangkatan jari tambahan di jempol kaki merupakan prosedur tersering karena implikasi kosmetik dan kenyamanan saat memakai sepatu. Hubungi dokter bedah untuk melakukan prosedur pembedahan. Operasi “pembuangan” jari yang berlebihan, terutama bila jari tersebut tidak berkembang dan tidak berfungsi normal. Bila jari berlebihan hanya berupa gumpalan daging, biasanya tidak mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak, tapi mungkin anak menjadi malu atau minder.
4.      Pemeriksaan rontgen mungkin diperlukan untuk menentukan apakah jari tambahan mengandung struktur tulang, dan untuk menentukan perubahan yang dapat terjadi saat operasi.
5.       


















BAB III
PENUTUP
A.                Kesimpulan
Polidaktili merupakan kelainan pertumbuhan jari sehingga jumlah jari pada tangan atau kaki lebih dari lima, merupakan suatu kelainan yang diwariskan oleh gen autosomal dominan P.
Polidaktili dibagi menjadi tiga kelompok besar berdasarkan letak duplikasinya, yaitu :
·         Polidaktili postaxial (Ulnar polidaktili), yaitu polidaktili yang terduplikasi dari jari kelingking
·         Polidaktili preaxial (Tumb polidaktili), yaitu polidaktili yang terduplikasi dari ibu jari
·         Polidaktili central, yaitu polidaktili yang terduplikasi dari jari telunjuk, jari tengah dan jari manis.
Polidaktili biasanya diturunkan dari orangtua, kelainan genetik atau kromosom. Namun dapat pula disebabkan oleh terjadinya perkembangan tidak normal dari sel selamakehamilan yang menyebabkan kerusakan pada embrio sehingga pembentukan organ-organ berlangsung tidak sempurna.
Polidaktili dapat dilakukan operasi “pembuangan” jari yang berlebihan, terutama bila jari tersebut tidak berkembang dan tidak berfungsi normal.














DAFTAR PUSTAKA